Rabu Abu

Hari ini Rabu 21 Februari 2004 adalah hari Rabu Abu.
Rabu Abu merupakan hari awal masa pra-paskah.
Merupakan masa awal untuk berpuasa / berpantang bagi umat katolik (ciee.. rada religius nie)

Dalam agama Kristen tradisi barat (termasuk Katolik Roma dan Protestanisme), Rabu AbuPra-Paskah. Ini terjadi pada hari Rabu, 40 hari sebelum PaskahMinggu atau 44 hari (termasuk Minggu) sebelum hari Jumat Agung. adalah hari pertama masa tanpa menghitung hari-hari

Pada hari ini umat yang datang ke Gereja dahinya diberi tanda salib dari abu sebagai simbol upacara ini. Simbol ini mengingatkan umat akan ritual Israel kuna di mana seseorang menabur abu di atas kepalanya atau di seluruh tubuhnya sebagai tanda kesedihan, penyesalan dan pertobatan (misalnya seperti dalam Kitab Ester 4:1, 3). Dalam Mazmur 102:10 penyesalan juga digambarkan dengan "memakan abu": "Sebab aku makan abu seperti roti, dan mencampur minumanku dengan tangisan." Biasanya pemberian tanda tersebut disertai dengan ucapan, "Bertobatlah dan percayalah pada Injil."

Seringkali pada hari ini bacaan di Gereja diambil dari Alkitab, kitab II Samuel 11-12, perihal raja Daud yang berzinah dan bertobat.

Banyak orang Katolik menganggap hari Rabu Abu sebagai hari untuk mengingat kefanaanKatolik berusia 18–59 tahun diwajibkan berpuasa, dengan batasan makan kenyang paling banyak satu kali, dan berpantang.

Diambil dari wikipedia

Kemudian gw iseng cari2 artikel yang berkaitan dengan rabu abu in (tumben...sumpe)
dan gw dapet beberapa penyemangat, seperti ini (ini cuplikannya):

"Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” (Mat6:16-18)


Orang yang telah menerima rahmat atau anugerah Allah rasanya senantiasa dalam keadaan gembira dan ceria, tidak muram mukanya. Maka melanjutkan catatan-catatan di atas dengan ini kami mengajak untuk berrefleksi sebagai berikut:

1). Mereka yang sedang bertugas belajar di sekolah atau perguruan tinggi kami ajak untuk sungguh belajar; tugas utama atau pokok anda adalah belajar. Di dalam belajar kiranya anda akan menghadapi hal-hal baru, sulit dan nampak tidak mungkin untuk diatasi atau dikerjakan. Hendaknya tidak mundur, frustrasi atau loyo, melainkan hadapi semuanya dengan gairah dan ceria. Ingat salah satu motto bapak Andrie Wongso ini : “Selama kita memiliki kemauan, keuletan, dan keteguhan hati, besi batangan pun bila digosok terus-menerus, pasti akan menjadi sebatang jarum.. Miliki keteguhan hati” . Belajarlah terus menerus agar anda terampil atau mahir belajar.

2). Mereka yang sedang bekerja, entah secara formal maupun informal, sebagai pegawai kantor atau wiraswasta, hendaknya sungguh bekerja secara efisien dan efektif. “Kegiatan manusia baik perorangan maupun kolektig, atau usaha besar-besaran itu sendiri, yang dari zaman ke zaman dikerahkan oleh banyak orang untuk memperbaiki kondisi-kondisi hidup mereka, memang sesuai dengan rencana Allah. Sebab manusia, yang diciptakan menurut gambar Allah, menerima titahNya, supaya menaklukkan bumi beserta segala sesuatu yang terdapat padanya, serta menguasai dunia dalam keadilan dan kesucian” ( Vatikan II: GS no 34). Hendaknya dengan bekerja giat, bergairah dan ceria anda juga mewartakan keadilan serta semakin suci. Adil dalam kerja antara lain melaksanakan kewajiban dan menerima hak sesuai dengan tatanan atau aturan yang sungguh semakin memanusiakan manusia, “yang diciptakan menurut gambar Allah”. Suci berarti semakin dekat dengan, mengasihi dan dikasihi oleh Allah maupun sesama. Maka semakin berpengalaman dan terampil dalam bekerja hendaknya semakin banyak sahabat dan dikasihi oleh Allah dan sesama.


Artikelnya sendiri diambil dari sini
Kalo dari khotbah pastur tadi,
di alkitab pernah tulisan mengenai aturan puasa - pantang
ada 3 jenis:
  1. Puasa total 3 hari kagak makan minum (gile.. ga kuat kalo begini caranya jek.. aktifitas gw banyak.. yang ada malah abis 2 hari langsung tipes)
  2. Puasa sebagian.. makan kenyang 1x dalam sehari
  3. Berpantang terhadap beberapa aktifitas/makanan/apapun yang perlu dipantangi (misalnya pantang belajar, pantang membantu orang lain kekekeke ga bener yak? hehe biasanya sih pantang yang dianggap nikmat, misal pantang makan daging, pantang ngeganja, pantang pacaran, pantang yaaa lu tau ndiri lah yang nikmat apaan..)

Well sebenernya males gw ngartiin-ngartiin ginian segala..
Karena tiap orang punya sudut pandang berbeda.. kadang implisit / eksplisit kan gatau juga.
Persepsi yang timbul bisa jadi berbeda dan bertentangan...
So.. bagi gw sih gimana elonya aja nanggepin tulisan2
yang ada di sejarah agamalo masing-masing..
But.. kalo gatau dan takut salah.. kan lo punya ahli agama..
Cuma yang kacrut kalo ahli agamalo sok tau abisss....
Tapi ya.. wajarlah.. kan sama-sama orang.. jadi bisa salah juga
Mungkin dia lagi ga mood kali? ato keluarganya bermasalah?
ato rumahnya disengketa? ato jemurannya (celana dalem satu-satunya) abis ilang?
ato yaaah.. banyak ato-ato yang lain..

Misa Rabu Abu yang gw hadiri sempet membuat gw tertawa,
karena kebetulan khotbah sang pastur hitler (hehe itu panggilan gw gara-gara kumisnya men... kaya hitler - hehe no offense lho pastur) cukup menggelikan
rada-rada lawak jawa gitu hahahahaha..
Ya... baguslah pendekatannya... bisa ngebawa suasana jadi enjoy, sehingga bisa kena di hati.
Wajar kalo umat lain yang hadir juga ikut ngakak.
Dia memberikan pesan-pesan kepada umat terhadap masa pra-paskah ini.

Ada bagian yang menarik dari khotbahnya..
dia bilang.. "Pada saat pra-paskah, lakukan 6 ber"
naon eta?

6 Ber adalah:
  1. berdoa
  2. berpantang
  3. berpuasa
  4. beribadah
  5. beramal kasih
  6. bersukacita dalam Tuhan
Nah .. 6 ber ini bisa jadi pedoman baru untuk hidup kita yang mungkin sebelumnya belum pernah mencobanya.