Big Pictures Ultra Wide Angle Burning Fest 2011

Kayanya lebih enak kalo satu post blog isinya satu topik ya, tapi kayanya kali ini ngga bisa, karna di otak gw lagi ada 3 tema di judul post ini:
  1. Big pictures
  2. Ultra Wide Angle
  3. Burning Fest 2011
Big Pictures
terinspirasi dari website Boston Big Pictures yang berisi foto-foto beraliran photojournalist yang ditampilkan dalam bentuk blog dan disajikan dalam bentuk image yang besar. Foto-foto disana dikumpulkan dari beberapa hasil foto para fotografer yang tersebar di belahan dunia yang memotret keadaan dunia saat ini. Karena kebetulan beberapa belakangan ini gw punya alat untuk mengabadikan momen, gw mau coba rubah template blog gw ini berlayout mirip seperti boston big pictures, agar pengunjung bisa puas melihat image yang gw post dengan dimensi yang besar, ya setidaknya sama ukurannya dengan boston big pictures. Kendalanya adalah: males banget cui ngutak-ngatik html css wakakakak. Dulu kayanya semangat banget ngutak-ngatik ginian :P

Ultra Wide Angle
Gara-gara ngeliat Boston Big Pictures juga, gw jadi pengen punya lensa wide dengan kualitas yang menggembirakan :D baik secara material, kecepatan fokus, tidak ada elemen yang berubah saat mengatur focal length, hasil gambar yang tajam dan fitur-fitur canggih lainnya (haha maruk). Ada 2 pilihan yang menurut gw sesuai dengan kebutuhan gw:
  1. Canon EF 16-35mm f/2.8 II USM

    Click here for Kenrockewell review

  2. Canon EF-S 10-22mm f/3.5-4.5 USM

    Click here for kenrockwell review

Tentunya lebih ganteng yang nomor 1 wakakakak, tapi kalo ga dipake di kamera canon DSLR yang full frame jadinya ya kurang wide. Berhubung gw ga punya kamera full frame, jadi option nomer 2 bisa jadi pilihan yang pasti dipilih (ga ada pilihan laen). Sayangnya harga lensa itu menurut gw mahal dan dari dulu gw udah nyoba nanem pohon duit ternyata ga tumbuh-tumbuh, gatau kenapa, pupuknya atau jenis tanahnya kali ya? Jadi ya kalo mau beli, keputusannya harus menimbang priority sana sini dulu.

Burning Fest 2011
Udah lama ga nonton acara beginian... kangen.. Asal ada burgerkill aja gw udah puas. Sayangnya acaranya pas dengan jadwal gw ke Jakarta ... Jadi ya... sampai jumpa di acara berikutnya.

Ke Makassar Ujung Pandang

Perjalanan kali ini, saya menuju sebuah kota besar di pulau sulawesi bagian selatan. Kota tersebut merupakan kota yang isinya produk dari Bosowa dan Trans Studio hehe. Berikut adalah liputan beberapa objek wisata yang sempat saya kunjungi bersama Bane.

Perjalanan saya mulai sekitar pukul 16.00 WIT (GMT+6) menuju sebuah pelabuhan dengan nama paotere. Di pelabuhan ini banyak kapal-kapal yang diparkir dan membentuk sebuah pemandangan berkarakter yang cukup bagus difoto, hanya saja ketika sore hari, ternyata matahari berada di belakang kapal, sehingga saya tidak mendapat foto-foto yang bagus. Untuk masuk Pelabuhan Paotere ini, satu orang pejalan kaki dikenakan 2000 rupiah. Berikut beberapa foto di Paotere:

Untuk mengambil gambar ini saya gunakan ISO 100, f/29, 1/8000
dengan harapan hanya tertangkap silhouette tiang-tiang kapal beserta sedikit cahaya matahari

Setelah beberapa kali mencoba ambil gambar, saya istirahat sejenak di warung kecil sambil sedikit bersosialisasi dengan warga sekitar.
Warga sekitar cukup bersahabat, mereka senang ada tamu yang membawa kamera.

Mencoba tetap memotret dengan background cahaya yang terang, hajar pake flash!!
~ternyata kekuatan built-in flashnya masih kurang kenceng untuk menyiram muka kami,
sehingga muka kami masih terlihat gelap (padahal emang udah item :P)

"Foto sini!", sahut seorang anak dengan logat makassarnya.

Coba bray, ente perhatiin tulisan di trucknya: "OI HATI2 ADA JOMBLO"

Setelah hari menjelang malam, saya beranjak menuju tempat makan, kami berharap bisa merasakan masakan ikan khas makassar. Kemudian kami keluar dari kawasan pelabuhan dan menuju jalan besar untuk mencarai taksi. Kami gunakan becak untuk mengantar kami sampai ke jalan besar. Tadinya saya bingung mau kemana tujuan kami ketika ditanya tukang becak, akhirnya saya hanya berkata, "sampai kedepan ketemu taksi". Tak lama tukang becak mengantar kami sampai perempatan jalan besar. Kami bayar 10.000 rupiah dan menunggu taksi lewat. Ternyata tukang becak yang kami tumpangi tersebut tidak beranjak pergi, ia menunggu kami sampai dapat taksi sambil tersenyum dan mencoba mengajak ngobrol dengan logat & bahasa Makassar. Betapa baiknya tukang becak kami ini.

Beberapa lama kemudian taksi tak kunjung tiba, Bane segera melihat smartphone yang dibawanya dan memberi arah agar kami ke jalan pelajar pejuang untuk bersinggah di tempat makan Pallu Kaloa (sejenis sop kepala ikan). Ada satu yang menarik saya lihat disitu. Mereka menyajikan cabe kecil seukuran butiran nasi, tapi rasanya bisa bikin lidah kita seperti kesabet penggaris guru kita jaman SD (rada lebay sih :D). Tapi memang bahwa cabe kecil tersebut rasanya cukup pedas dan menyegarkan. Sayangnya makanan tersebut tidak kami abadikan.

Selesai makan, kami menuju daerah pecinaan Makassar dengan harapan mendapat foto suasana pecinaan yang penuh lampion berwarna merah. Berikut foto-foto di daerah pecinaan:

Klenteng Jalan Bali. Deket situ ada Mie Awa.
Sayangnya perut kami sudah penuh, sehingga kami tidak sempat mencobanya.

Kalo lampionnya menyala pasti lebih nikmat lagi ni suasananya.

Di daerah ini kami membeli oleh-oleh khas Makassar ... ups maaf yang ga kebagian ya :D

Keesokan paginya kami menuju Pantai Losari. Kalo ke Makassar tapi ga punya oleh-oleh foto di Pantai Losari keliatannya kurang afdol :D


Bane The LOS Girl :P

Entah monumen apa ini tapi menyerupai layar dari sebuah kapal yang terkembang.
Saya menemukan bentuk seperti ini di site lain, yaitu di dekat Lapangan Karebosi.
Keliatannya bentuk seperti ini merupakan simbol yang dihormati di Makassar.

Rumah Sakit Stella Maris yang berada di sebrang Pantai Losari

Selesai dari Pantai Losari, kami menuju Pulau Samalona. Untuk menuju Pulau ini kami berangkat dari dermaga yang terletak di depan Benteng (Fort Rotterdam). Menyewa 1 kapal seharga 300.000 untuk diantar pulang pergi seharian.

Pak Jaenal sang nahkoda kapal boat kami.

Ketika kami menyebrang, banyak sekali penampakan kapal-kapal besar yang melintas

Pulau Samalona, disini kita bisa berenang, agak-agak snorkeling, beberapa ada yang terlihat bakar ikan sehabis diving


Saya paling suka moto-moto ranting pohon berkarakter seperti ini :)

Di pulau ini terdapat pondokan yang disewakan

Dermaga Pulau Samalona

Pak Jaenal lagi sibuk ngoprek mesin kapal yang sempet rada bermasalah, tapi untungnya tidak sampai berhenti di tengah laut.

Entah kapal apa ini





Bangke Kapal, pantes kemaren bau bangke :D

Sesampainya kembali ke daratan Makassar, kami menuju Benteng Fort Rotterdam yang terletak persis di depan Dermaga. Masuk ngisi absen, ngasih sumbangan seikhlasnya.











Malamnya, kami mencoba Trans Studio. Tapi karna harga tiket menurut saya mahal (110.000 untuk masuk dan dapat menikmati 10 wahana indoor dari Trans Studio) akhirnya kami hanya jalan-jalan mall.

Air Mancur depan Mall Trans Studio

Perjalanan kami lanjut ke lapangan karebosi untuk hunting Sop Konro Karebosi

Lapangan Karebosi

Suasana Lapangan Karebosi.. banyak besi diatas :P

Akhirnya kami makan Sop Konro dan Konro Bakar Karebosi, yang punya cabang di Kelapa Gading ini

Dilanjut beli oleh-oleh Bakpao Babi :D
anyway rasanya biasa aja

Suasana Malam Minggu di dekat Pantai Losari.

Suasana Minggu Pagi di Pantai Losari


Sarapan bo!!
Sereal, Western Bacon + Grilled Tomato, Salad with vinegar olive oil.
Gw paling demen kalo udah breakfast dengan banyak pilihan gini :D *berasa sehat

Gereja Katedral Makassar

Gereja Katedral Makassar indoor after mass

Goa Maria Katedral Makassar

Hyak.. selesailah sudah liputan ini, semoga dapat menjadi bacaan dan gambaran yang berguna bagi rekan-rekan yang akan ke Makassar. Anyway kalo nemu tempat makan babi yang enak di Makassar, kabarin saya di comment blog ini ya :P

Terima kasih Tuhan karna kami masih boleh menikmati keindahan yang Kau berikan.